Kamis, 10 Mei 2012

4 ( empat ) Tahun Bergelut di Dunia " Burung Ocehan "


“ 4 (empat) Tahun Bergelut di Dunia Burung Ocehan “.

Berawal dari putra saya bungsu berumur 7 tahun kelas 1 SD yang menangis meminta burung pada saat pertemuan keluarga petugas ukur dalam rangka silaturahmi dan arisan di tempat wisata Purwahamba Indah di desa Purwahamba , kecamatan Suradadi kabupaten Tegal. Pada saat itu bertepatan dengan iven nasional lomba burung ocehan di tempat yang sama.

Karena si bungsu putra saya tidak berhenti tangisnya, di bujuk / rayu tidak juga bisa diam akhirnya saya tanya-tanya burung burung disitu. Tanya saya “pak burung menika dipun sade mboten (burung ini dijual tidak)”? bapak jawab mboten...(tidak), kebetulan disampingnya ada orang dengar pembicaraan saya dengan bapak lalu ikut nyaut ooo......wonten pak sebelah mrika (ada sebelah sana) memang ramai benar saat itu.

Saya dengan nggendong putra saya, diantar orang tadi ke orang yang punya burung. Kemudiam saya bertanya : dipun sade nggih mas (ijual ya bang)?...nggih (ya).., pinten(berapa)?.....dia jawab 2 juta saya terperanjak ha...dalam hati 2 juuta,..kok larang temen mas (kok mahal banget mas)?.....boleh tawar mas?... boleh tapi kurangnya sedikit pasnya dua kurang seperempat.....tambah bengong dan setengah malu...karena uang di dompet hanya ada lima ratus ribu rupiah....kemudian dengan rasa yang tidak mengenakan, dalam hati saya berkata, manuk kok larang temen(burung kok mahal banget) ...terus saya tanya orang2 penonton disekitar itu...dia jawab ya pak burung ocehan kangge lomba menika mahal (ya pak burung ocehan buat lomba itu mahal), bahkan kalau burung ocehan itu juara bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta....tambah bengong saya, maklum saya sama sekali tidak mengenal burung saat itu. Akhirnya saya urungkan niat beli burung disitu dan saya rayu putraku agar diam tangisnya...dik nanti beli di pasar burung aja ya? Adik ...manthuk (menganggukan) kepala.

Setelah diam saya melanjutkan pertemuan/arisan lagi dengan temen2. Setelah selesai arisan saya dengan memboncengkan ibu dan 2 anak langsung menuju ke pasar burung di kota Tegal. Kemudian putra saya menunjuk sepasang burung yang berwarna bagus yaitu ” Burung Parkit”. Saya tanya berapa pak sepasang burung ini ?....dia jawab Rp. 50.000,- ...terus saya tawar 30 ribu...terus dia jawab udah 40.ribu, saya keluarkan dompet terus saya bayar. Alhamdulillah ...saya lega, putra saya riang gembira. Sampai rumah jam menunjukkan pukul 14.30 wib. (Kejadian itu pada tahun 2002) baru2nya saya menempati rumah di Mejasem Barat. Sehabis sholat Ashar....saya masih terpikirkan harga burung yang di tempat lomba tadi. Waktu berjalan terus 1 minggu...2 minggu sehabis pulang kantor , ibu melaporkan burungnya lepas satu, dalam bulan itu juga seminggu kemudian burung yang tinggal satu mati.... putra saya tidak menangis lagi. Begitulah anak – anak cepat bosan dengan mainannya.

Tapi anehnya justru saya kok kepengin lagi membeli burung, yang saya beli waktu itu burung robin ....tambah lagi burung poksai....tambah lagi burung jalak ....karena selalu beli makanan burung di pasar akhirnya saya jadi kenal dengan Maz-Bejo di kiosnya yang menjual burung dan makanannya. Setelah berjalan waktu, keakraban dengan mas bejo bertambah kental. Setiap habis magrib saya beli makanan burung di kiosnya. Yang akhirnya banyak kenalan.
Mulailah saya sedikit-sedikit mengenal burung...paling tidak nama dan jenis burung setelah berkumpul dan kenal “Maz-bejo dan para penggemar burung ocehan”.
Burung Robin

Burung Robin : adalah spesies burung yang postur tubunya kecil dan bulunya mempunyai warna yang cantik. Robin termasuk burung lincah dan suka bernyanyi. Sayang, burung asal China ini mulai jarang dijumpai di pasar-pasar burung. Warna bulunya sangat menarik, yaitu hijau dan abu-abu, dengan sedikit warna merah di bagian sayap. Paruhnya berwarna merah, sehingga membuat penampilan fisiknya makin yahud. Ocehannya merdu dan ngerol. Ocehan inilah yang bisa digunakan untuk membedakan jantan dan betina. Ocehan jantan bervariasi, sedangkan betina hanya mempunyai satu nada. Pengamatan jenis kelamin secara fisik sulit dilakukan, karena hampir tidak ada perbedaan postur dan warna bulu. Memelihara burung robin relatif mudah. Pakan utamanya adalah voer. Serangga dan kroto bisa diberikan tiga hari sekali. Sedangkan buah pepaya bisa diberikan seminggu sekali. Saat itu tahun 2002 saya membelinya dengan harga Rp. 100.000,- di kiosnya “Maz-Bejo”. (lokasi kios tersebut di Pasar Burung kota Tegal).

Semakin terpikatnya saya terhadap burung, kemudian saya menambah lagi pemeliharaan saya membeli burung jenis lain. Karena sebagai pemula yang baru mengenal burung , saya selalu tanya nama burung – burung dengan “maz-Bejo” saya keliling-keliling di pasar burung akhirnya tertarik dengan burung yang namanya “ Burung Poksay”. Seperti apa ta...Poksay itu? Ketertarikan saya saat itu burung tersebut bisa menirukan suara kucing, dan sebagainya dan ocehannya / suaranya agak besar/ngebas.

“Burung Poksay” : burung ini berasal dari dataran China, postur tubuhnya besar dan warna bulunya hitam dan abu-abu dan makanya voer, buah pisang. Suara ocehannya merdu agak besar/ngebas bisa menirukan suara kucing, ayam. Biasanya ngoceh di pagi hari. Karena ocehan poksay ini monoton tidak banyak variasi dan terdengar hanya dipagi hari, pemeliharaan dan perawatan burung ini mudah hanya dikasih voer dan buah pisang atau pepaya. Tidak lama burung poksay saya pelihara berkisar 2 bulan membosankan akhirnya saya tukarkan dengan“ Burung jalak ” .
Semakin penasaran saya dalam dunia burung , saya selalu bertanya-tanya kepada Maz-Bejo karena merasa masih pemula , burung jalak yang menjadi pilihan saat itu dengan menambah uang Rp. 50.000,- tukar dengan Poksay. Burung jalak saya pelihara mudah perawatannya hanya pepaya dan voer yang dia sukai. Burung ini suka sekali dengan air sebentar-bentar tubuhnya diceburkan ke dalam bak berisi air (sukanya mandi). Suara ocehan burung ini sangat keras dan bisa menirukan suara / tertawanya orang. Sangat cerdas burung ini tapi sangat jorok dan banyak kotoran yang dibuangnya serta bau menyengat. sehingga membuatnya saya selalu membersihkan kotoran tersebut di dalam kandang. Kurungan yang digunakan awalnya dari bambu kemudian saya ganti dengan kurungan besi permanen yang tidak diangkat keluar masuk dan saya letakkan di depan rumah.

“Burung jalak” : adalah spesies burung pemakan buah-buahan seperti pepaya dan pisang, sukanya mandi. Namun burung ini jorok sehingga menjadikan tuannya sering-sering membersihkan kandangnya. Suaranya lantang dan keras.

Jalak adalah nama sekelompok burung berkicau dari suku Sturnidae. Burung Jalak juga merupakan salah satu jenis burung yang banyak dipelihara oleh masayarakat. Burung Jalak umumnya berukuran sedang (sekitar 20-25 cm), gagah, dengan paruh yang kuat, tajam dan lurus. Berkaki panjang sebanding dengan tubuhnya. Bersuara ribut, dan berceloteh keras, terkadang meniru suara burung lainnya. Di alam, burung ini kebanyakan bersarang di lubang-lubang pohon. Terdapat sekitar 25 spesies jalak dan kerabat dekatnya, yaitu perling beo, di seluruh Indonesia. Beberapa jenis jalak yang sering dipelihara orang di antaranya adalah burung jalak bali, burung jalak uren, burung jalak penyu, burung jalak phyto, burung jalak putih, burung jalak kerbau dan lain-lain. Burung jalak, diantaranya jalak uren atau jalak suren saat ini semakin langka dijumpai di alam bebas. Jalak penyu itulah yang saya pelihara saat itu.

Disamping itu adalah “ Jalak Suren” : Jenis burung ini semakin langka jarang ditemui oleh karena itu burung tersebut dilindungi oleh pemerintah . Saat ini banyak para peternak yang membudidayakan jalak suren ini. Di daerah Klaten kita bisa mendapatkan peternak burung jalak suren ini. Konon sepasang jalak ini (piyikan) harganya bisa mencapi jutaan rupih. “ Jalak Bali “ : Burung jalak bali ini banyak ditemukan di Bali, semakin langka populasi jalak bali sehingga sangat sedikit pula orang/masyarakat yang memelihara burung jalak bali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar