Kamis, 10 Mei 2012

Mengapa Orang Israel Pintar-pintar?salah satunya karena TIDAK MEROKOK




Karena relevan dengan kondisi saat ini di Indonesia ada baiknya saya kopi paste posting teman kitainumarulez.blogspot.com: berikut artikelnya:
Artikel yang ditulis oleh Dr Stephen Carr Leon
sejatinya patut untuk menjadi bahan renungan kita bersama. Artikel yang
ditulis oleh Dr Stephen ini berisi hal-hal yang menjadikan mengapa Bangsa Yahudi Pintar, tulisan ini dia tulis berdasarkan pengamatan langsung setelah berada kurang lebih 3 tahun di Israel dalam rangka menjalani Housemanship di beberapa Rumah Sakit disana.
Ketika tahun kedua dia tinggal di Israel,
tepatnya akhir bulan Desember 1980 tiba tiba terlintas di benaknya
beberapa pertanyaan yang cukup menggoda bagi dirinya, dalam benaknya di
bertanya “Apa sebabnya Orang Yahudi itu begitu pintar?”,
“Mengapa Tuhan memberi kelebihan kepada mereka?”, “Apakah ini suatu
kebetulan?, atau hasil usaha dari mereka sendiri?”. Atas dasar
pertanyaan yang mengganggu itu maka Dr. Stephen tergerak untuk membuat
suatu tesis untuk jengjang Phd-nya. Yang pada kenyataannya ternyata
tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun dalam pembuatannya karena
Dr. Stephen harus mengumpulkan data-data yang akurat dan setepat
mungkin.
Dr. Stephen menulis, dimulai
dengan persiapan awal melahirkan bagi wanita-wanita Yahudi. Di Israel
apabila setelah mengetahui sang ibu tengah mengandung maka si ibu ini
akan sering bernyanyi dan bermain piano. Bahkan sang ibu beserta
suaminya akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama
sang suami. Hal ini membuat heran Dr. Stephen karena ada temanya yang
sedang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa
soal yang tak dapat diselesaikan padanya. Hingga Dr. Stephen bertanya
pada temannya tersebut “Apakah ini untuk anak kamu?” dan temannya
menjawab “iya ini untuk anak saya yang masih ada di kandungan, saya
sedang melatih otaknya, dan semoga ia menjadi orang yang jenius”.
Sehingga hal ini membuat Dr. Stephen menjadi lebih tertarik untuk
mengikuti perkembangannya. Tanpa mersa jenuh si ibu terus mengerjakan
latihan matematika sampai genap dia melahirkan. Nah ternyata latihan
otak semenjak bayi dalam kandungan itu begitu penting dalam rangka
membuat kecerdasan dan IQ yang tinggi.
Hal
lain yang diperhatikan oleh Dr, Stephen adalah cara makan orang-orang
Yahudi. Sejak awal mengandung sang ibu suka sekali memakan kacang badam
dan korma bersama susu. Pada tengah hari makanan utamanya adalah roti
dan ikan tanpa kepala, bersama salad yang dicampur dengan badam dan
berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut kepercayaan orang yahudi,
daging ikan itu baik untuk perkembangan otak sementara kepala ikan
mengandung kimia yang tidak baik dan dapat merusak perkembangan serta
pertumbuhan otak anak di dalam kandungan. Hal ini sudah menjadi adat
orang-orang Yahudi ketika calon ibu tengah mengandung, bahkan sudah
menjadi kewajiban bagi mereka apabila sang ibu tengah mengandung harus
mengkonsumsi pil minyak ikan
Keunikan lain yang Dr. Stephen
pelajari adalah ketika ia diundang untuk makan malam bersama
orang-orang Yahudi. Perhatian Dr. Stephen adalah pada menu makan
mereka, pada setiap kali ia memenuhi undangan makan malam ternyata
mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet), dan biasanya
apabila sudah ada ikan tidak akan ada daging, dengan kata lain ikan dan
daging tidak akan tersedia bersama dalam satu meja. Karena menurut
mereka (orang Yahudi) ikan dan daging tidak bagus untuk dimakan
bersama, berbeda dengan salad dan kacang kedua jenis makanan ini harus
ada untuk dimakan, terutama kacang badam. Pada setiap makan mereka akan
makan buah terlebih dahulu sebelum hidangan utama. Menurut mereka,
dengan memakan karbohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah-buahan
dapat menyebabkan kantuk, akibatnya menjadi lemah dan payah untuk
memahami pelajaran-pelajaran di sekolah.
Di Israel, merokok
adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan
sekali-kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar
dari rumah mereka, Dan menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan bahwa
Nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat
pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat
otak (bodoh). Suatu penemuan yang diungkapkan oleh saintis Gen dan DNA
Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi
anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal
adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil
minyak ikan. Pada pengamatannya, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata
rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil
mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu
kewajiban bagi mereka. Menurut mereka bermain musik dan memahami not
dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.
Menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.
Selanjutnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajarkan
matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Segala
pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari
pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga
yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Menurut teman
Yahudi-nya Dr. Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus.
Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.
Selanjutnya
perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid
digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan
produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan
memboroskan, tetap diteliti dengan serius. Apa lagi kalau yang diteliti
itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang
lebih tinggi. Satu lagi yang di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi.
Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya
mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun di-Universitas, mahasiswa
diharuskan mengerjakan proyek. Mereka sekaligus harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat
keuntungan sebanyak $US 1 juta! (gila bener, kalo ngga dapet profit ya
ngga lulus, beda bgt ya ma kita di Indonesia, lulus aja kadang dikatrol
bo!!!), namun inilah kenyataannya, memang begitu cara mendidik mereka.
Kesimpulan
yang dapat diambil daripada teori Dr. Stephen ini adalah, melahirkan
anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara
yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa
generasi.
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah
dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak
Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab
dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian
anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang kita ketahui, setelah
lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah
mencapai lebih dari 1300 orang. Hampir setengah darinya adalah
anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani,
target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai
Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar
3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran. Anak-anak yang
sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi.
"Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan
20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang
berkembang di pikiran orang-orang Yahudi. Tidak heran jika anak-anak
Palestina menjadi para penghafal Alquran. Karena kondisi Gaza yang
diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens
berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi
mereka. Kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang
masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500
bocah penghafal Quran itu telah syahid.
Perang panjang dengan
Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma
masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia.
Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina
generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh
tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang diambil
sederhana saja, “Rokok”. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat
tentang rokok, juga harganya sangat mahal.
Benarkah merokok
dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis,
tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui
beberapa bukti menyokong teori ini. “Lihat saja Indonesia,” katanya
seperti dalam tulisan itu. Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda
berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung
Anda akan segera mencium bau asak rokok, Berapa harga rokok? Cuma US$
.70cts harga yang sangat murah
.
Hasilnya? Dengan penduduknya
berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang
dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat
berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu
sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan
mereka di pertandingan matematika sedunia?
Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar